ANALISA HIDROLOGI

Analisis Hidrologi

1. Umum
        Analisis data Hidrologi terhadap curah hujan Kota Madiun, terdiri dari beberapa tahapan untuk mencapai suatu hasil yang optimal. Sebelum tahapan analisis dilakukan, terlebih dahulu diperlukan data pendukung yang dapat membantu proses analisis. Adapun data-data yang dipakai dalam proses analisis adalah data-data yang didapat dari beberapa instansi terkait dan narasumber yang dapat dipercaya.
        Setelah data-data yang dibutuhkan didapat maka selanjutnya dilakukan proses analisis data tersebut. Secara geografis, Kota Madiun berada pada koordinat 131°51' BT dan 0° 54' LS dengan luas wilayah 1.105 km2. Wilayah kota ini berada pada ketinggian 3 meter dari permukaan laut dan suhu udara minimum di Kota Madiun sekitar 23, 1 ° C dan suhu udara maximum sekitar 33, 7° C. Di kota Madiun Curah hujannya cukup merata sepanjang tahun. Tidak terdapat bulan tanpa hujan, banyaknya hari hujan setiap bulan antara 9 - 27 hari. Kelembaban udara rata-rata tercatat 84 %.

2. Analisis Hidrologi.
        Data curah hujan yang digunakan dalam analisis hidrologi ini adalah data curah hujan yang maksimum. Hal ini bertujuan agar analisis dapat mendekati kondisi yang sebenarnya yang ada di lapangan. Data curah hujan tersebut didapat dari stasiun-stasiun penakar hujan maupun stasiun-stasiun pos hujan yang terdapat di kota Madiun, yang dapat mewakili frekuensi curah hujan yang jatuh dalam daerah tangkapan hujan (catchment area).
Stasiun penakar hujan harian yang dipakai untuk perhitungan analisis hidrologi ini adalah :
1) Stasiun Meteorologi Klas 1 Madiun
2) Stasiun Geofisika Klas III Madiun
          Perencanaan debit banjir rencana ini didasarkan pada besarnya curah hujan dalam periode ulang yang direncanakan, yaitu dalam tahun pengamatan selama 10 tahun. Karena jumlah hujan yang jatuh pada daerah tangkapan tidak selalu sama dan merata, maka berdasarkan data curah hujan dari kedua stasiun di atas dapat diperhitungkan menjadi curah hujan rata-rata pada suatu daerah tangkapan.

2.1. Analisis Curah Hujan Rata-Rata.
Dalam menganalisis data curah hujan, distribusi curah hujan yang dipergunakan adalah distribusi rata-rata aljabar dengan mempertimbangkan jumlah stasiun hujan yang mewakili hanya dua buah stasiun . Curah hujan rencana maksimum dengan periode ulang tertentu dapat ditentukan dengan cara menganalisis data curah hujan harian maksimum. Curah hujan rencana tersebut dipergunakan untuk menentukan debit rencana dengan periode ulang tertentu yang sesuai dengan kondisi sebenarnya. Perhitungan curah hujan dengan menggunakan metode rata- rata aljabar dapat dilihat pada Tabel 7.1 sebagai berikut:
Tabel 7.1. Perhitungan curah hujan dengan menggunakan metode rata- rata aljabar
Data  Curah Hujan Madiun

No
Tahun
ch max
Rata-rata


ST Jiwan
ST Kanigoro
ST Babadan

1
2005
142
121
109
124,00
2
2006
103
93
121
105,67
3
2007
94
65
83
80,67
4
2008
72
89
62
74,33
5
2009
82
51
46
59,67
6
2010
87
62
52
67,00
7
2011
64
112
57
77,67
8
2012
88
46
92
75,33
9
2013
73
77
76
75,33
10
2014
54
106
81
80,33
Sumber: Hasil Analisis

2.2. Analisis Curah Hujan Harian Maksimum.
        Dari data curah hujan daerah harian, perlu ditentukan kemungkinan curah hujan harian maksimum yang dipergunakan untuk menentukan debit banjir rencana.

2.2.1. Analisis Frekuensi Curah Hujan
          Analisis frekuensi curah hujan diperlukan untuk menentukan jenis sebaran (distribusi). Perhitungan analisis frekuensi curah hujan selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 7.2. Perhitungan analisis frekuensi curah hujan
NO
Tahun
Xi
(Xi-X)
(Xi-X)2
(Xi-X)3
(Xi-X)4
1
2005
124,00
42,00
1764,00
74088,00
3111696,00
2
2006
105,67
23,67
560,11
13255,96
313724,46
3
2007
80,67
-1,33
1,78
-2,37
3,16
4
2008
74,33
-7,67
58,78
-450,63
3454,83
5
2009
59,67
-22,33
498,78
-11139,37
248779,27
6
2010
67,00
-15,00
225,00
-3375,00
50625,00
7
2011
77,67
-4,33
18,78
-81,37
352,60
8
2012
75,33
-6,67
44,44
-296,30
1975,31
9
2013
75,33
-6,67
44,44
-296,30
1975,31
10
2014
80,33
-1,67
2,78
-4,63
7,72
Jumlah

820,00

3218,89
71698,00
3732593,65
X

82,00




Sumber: Hasil Analisis
Dari hasil perhitungan di atas selanjutnya ditentukan jenis sebaran yang sesuai, dalam penentuan jenis sebaran diperlukan faktor-faktor sebagai berikut :
1)    Standar Deviasi (S)
  S = 18,741



2)    Koefisien Kemencengan (Cs)
 




CS = 0,156

3)    Koefisien Kurtosis (Ck)

CK = 0,119

4)    Koefisien Variasi (Cv)

  CV = 0.228

2.2.2. Pemilihan Jenis Distribusi
Dalam statistik terdapat beberapa jenis sebaran (distribusi), diantaranya yang sering digunakan dalam hidrologi adalah :
1) Distribusi Gumbel
2) Distribusi Log Normal
3) Distribusi Log-Person tipe III
4) Distribusi Normal
Berikut ini adalah perbandingan syarat-syarat distribusi dan hasil perhitungan analisis frekuensi curah hujan.



Tabel 7.3. Perbandingan syarat-syarat distribusi dan hasil perhitungan analisis frekuensi
curah hujan
No
Jenis Distribusi
Syarat
Hasil Perhitungan
1
Gumbel
CS ≤ 1,1396
0.156 < 1,1396

CK ≤ 5,4002
0,119 <5,4002
2
Log Normal
CS = 3 CV + CV²


CS = 0,8325
0.156 <0,8325
3
Log-Person Tipe III
CS = 0
0,000
4
Normal
CS = 0
0,000
Sumber: Hasil Analisis
Berdasarkan perbandingan hasil perhitungan dan syarat di atas, maka dapat dipilih jenis distribusi yang memenuhi syarat, yaitu Distribusi Gumbel.

2.2.3. Pengujian Kecocokan Jenis Sebaran

        Pengujian kecocokan sebaran berfungsi untuk menguji apakah sebaran yang dipilih dalam pembuatan duration curve cocok dengan sebaran empirisnya. Dalam hal ini menggunakan metode Chi-kuadrat. Uji Chi-kuadrat (uji kecocokan) diperlukan untuk mengetahui apakah data curah hujan yang ada sudah sesuai dengan jenis sebaran (distribusi) yang dipilih. Pengambilan keputusan uji ini menggunakan parameter X² yang dihitung dengan rumus :
                       
di mana :
               X = harga chi-kuadrat,
               G = jumlah sub kelompok,
               Of = frekuensi yang terbaca pada kelas yang sama,
               Ef = frekuensi yang diharapkan sesuai pembagian kelasnya.



Prosedur perhitungan chi-kuadrat adalah sebagai berikut :
1) Urutkan data pengamatan dari data yang besar ke data yang kecil atau sebaliknya.
2) Hitung jumlah kelas yang ada (k) = 1 + 3,322 log n. Dalam pembagian kelas disarankan agar masing-masing kelas terdapat empat buah data pengamatan.
3) Hitung nilai Ef = jumlah data (n) / jumlah kelas (k)
4) Tentukan nilai Of untuk masing-masing kelas
5) Hitung nilai X2 untuk masing-masing kelas kemudian hitung nilai total X2
6) Nilai X2 dari perhitungan harus lebih kecil dari nilai X2 dari tabel untuk derajat nyata tertentu yang sering diambil sebesar 5 % dengan parameter derajat kebebasan.
Rumus Derajat Kebebasan :
               dk = k - R -1

dimana :

dk = derajat kebebasan
k = jumlah kelas
R = banyaknya keterikatan
(nilai R = 2 untuk distribusi normal dan binomial, nilai R = 1 untuk distribusi
poisson dan gumbel).

Perhitungan Chi-kuadrat :

1)    Jumlah kelas (k) = 1 + 3.322 log n
                       = 1 + 3.322 log 8
                       = 4,0001 diambil nilai 4 kelas
2)    Derajat kebebasan (dk) = k - R - 1
= 4 - 1 - 1
= 2
Untuk dk = 2, signifikan (α) = 10 %, maka dari tabel uji chi-kuadrat didapat harga X2 = 9.21

3)    Ef = n / k
= 8 / 4
= 2
4)    Dx = (Xmax – Xmin ) / (k – 1)
      = (124.00 – 61.00) / (4 – 1)
      = 21,00

5)    Xawal = Xmin – (0.5×Dx )
                        = 61.00 – (0.55×21,00)
                        = 49,45

6)    Tabel perhitungan X2

Tabel 7.4. Perhitungan X2
No
Nilai Batasan
Of
Ef
(Of - Ef)²
(Of - Ef)² / Ef
1
58,421 ≤ X ≥ 75,581
2
2,31
0,10
0,04
2
75,581 ≤ X ≥ 92,741
6
2,31
13,62
5,89
3
92,741 ≤ X ≥ 109,901
1
2,31
1,72
0,74
4
109,901 ≤ X ≥ 127,061
1
2,31
1,72
0,74

Jumlah



7,42
Sumber: Hasil Analisis
        Dari hasil perhitungan di atas didapat nilai X2 sebesar 7 yang kurang dari nilai X2 pada tabel uji Chi-Kuadrat yang besarnya adalah 9.21. Maka dari pengujian kecocokan penyebaran Distribusi Gumbel dapat diterima.

2.2.4. Perhitungan Curah Hujan Maksimum
Untuk menentukan besarnya debit banjir rencana yang akan terjadi, maka terlebih dahulu dicari kemungkina curah hujan harian maksimum. Metode yang digunakan dalam perhitungan curah hujan maksimum ini adalah metode Gumbel.



Rumus :
 





             di mana :
           Xt = curah hujan rencana dengan periode ulang t tahun (mm),
           X = curah hujan rata-rata (mm),
           S = standar deviasi (deviation standard),
           Sn = deviation standar of reduced variate,
           Yt = reduced variate,
           Yn = mean of reduced variate,

        Untuk nilai Yn dan Sn didapat dari tabel hubungan Mean of Reduced Variate (Yn) dan Standard Deviation of The Reduce Variate (Sn ) serta dengan jumlah tahun pengamatan (n). Sedangkan nilai Yt didapat dari tabel hubungan periode ulang (T) dengan Reduced Variate (Yt).
        Berikut ini adalah hasil perhitungan curah hujan harian maksimum dengan menggunakan metode Gumbel.
Tabel 7.5. Perhitungan curah hujan harian maksimum dengan menggunakan metode Gumbel
NO
Periode Ulang (Tahun)
X
S
Yt
Yn
Sn
Hujan Maksimum (mm)
1
2
82,23
18,74
0,37
0,50
0,95
79,69
2
5
82,23
18,74
1,50
0,50
0,95
102,06
3
10
82,23
18,74
2,25
0,50
0,95
116,87
4
20
82,23
18,74
2,96
0,50
0,95
130,89
5
25
82,23
18,74
3,20
0,50
0,95
135,58
6
50
82,23
18,74
3,90
0,50
0,95
149,47
Sumber: Hasil Analisis





3. Analisis Debit Banjir Rencana

Metode yang digunakan untuk menghitung debit banjir rencana adalah metode Rasional, dengan rumus :
 










di mana :
Q = debit maksimum (m3/detik),
C = koefisien limpasan (run off) air hujan,
I = intensitas hujan (mm/jam),
A = luas daerah pengaliran (km2),
R = hujan maksimum (mm),
tc = waktu konsentrasi (menit),
to = waktu yang diperlukan air untuk mengalir di permukaan lahan sampai saluran terdekat.

Besar to didapatkan dari rumus Kirpich (1940), yaitu :
 







di mana :
L = panjang lintasan aliran di atas permukaan lahan (m),
S = kemiringan lahan.
Td = waktu perjalanan air dari pertama masuk saluran sampai titik keluaran.



Rumus :



di mana :
Ls = panjang lintasan aliran di dalam saluran/sungai (m),
V = kecepatan aliran di dalam saluran (m/detik).

Besar nilai V tergantung dari kemiringan dasar saluran (i), kekasaran permukaan saluran (n Manning) dan bentuk saluran.

Berikut ini adalah salah satu perhitungan debit banjir rencana pada proyek
reklamasi pantai Berlin dengan menggunakan metode Rasional pada periode ulang 10 tahun.
Data yang ada :
R = 385,788 mm
C = 0,60
Ls = 250 m
A = 0,04167 km2



Perhitungan :
nd = 0,013 m
s = 0.001 m
V = 1,5 m/detik

to =
     = 2,308 menit


td =
     = 2,778 menit

tc = to + td
     = 5,086 menit


   = 693,077 mm/jam

Q = 0,278 x C x I x A
    = 4,8169 m³/detik.

          Jadi debit banjir untuk periode R10 tahun adalah 4,8169 m³/detik. Untuk hasil perhitungan debit banjir selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7.6. Perhitungan debit banjir
No
Periode Ulang
Hujan
A
C
V
tc
I
Q
(Tahun)
(mm)
(Km²)
(m / detik)
(menit)
(mm / jam)
(m³ / detik)
1
2
79,69
0,0357
0,6
1,5
5,15
23,61
0,14
2
5
102,06
0,0357
0,6
1,5
5,15
30,58
0,18
3
10
116,87
0,0357
0,6
1,5
5,15
35,20
0,21
4
20
130,89
0,0357
0,6
1,5
5,15
39,56
0,24
5
25
135,58
0,0357
0,6
1,5
5,15
41,03
0,24
6
50
149,47
0,0357
0,6
1,5
5,15
45,35
0,Sumber: Hasil Analisis

Analisis Saluran
Dari hasil perhitungan diatas dengan debit banjir rencana 10 tahun (R10), maka direncanakan saluran dengan penampang persegi empat dengan perhitungan sebagai berikut:
Rumus:                  Q = V x A

Dimana :
Q     = debit saluran (m³/detik)
V     = kecepatan saluran (m/detik)
A     = luas penampang saluran (m²)

Panjang saluran (L)               = 500 meter
Lebar saluran (b)                    = 100cm                          = 1,00 meter
Tinggi penampang (y)          = 100 cm                         = 1,00 meter
Luas penampang A saluran dihitung sebagai berikut:
      A         =  b.y              = 1,00 x 1,00                  = 1,00 m2
Keliling penampang basah (P) dihitung sebagai berikut:
      P          = b + 2.y        = 1,00 + 2 x 1,00           = 3,00 m
Lebar puncak (T) dihitung sebagai berikut:
      T          = b                   = 1,00 m
Radius hidrolik (R)saluran dihitung sebagai berikut:
R         = A / P            = 1,00 / 3,00                  = 0,33 m
Kecepatan aliran pada saluran dihitung dengan persamaan Manning. Koefesien kekasaran Manning sebesar 0,011 dengan kemeringan dasar saluran 0.1% atau 0,001.
     V  =  1/n  x  R(2/3)  x  I(1/2)
V  =  (1/ 0.011) x  0,33(2/3)   x  0,001(1/2)  = 1,3728 m/detik.
Q(saluran)    =  V x A 
Q(saluran)   1,3728    x   1,00  =  1,3728 m³/detik  <  Q (debit maksimum)  = 4,8169 m³/detik

1,00 m

1,00 m
 






Gambar 7.1. Penampang Melintang Saluran Drainase

Untuk hasil perhitungan perencanaan dimensi penampang selengkapnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7.7. Perhitungan perencanaan dimensi penampang
No.
periode ulang (tahun)
Hujan maksimum (mm)
A                            (km²)
Q
(debit max.)                                                                                                                                                                    (m³/detik)
V            (m/detik)
Q
(saluran)                                                                                                                                                                    (m³/detik)
b                         (m)
h                                             (m)
w                                       (m)
1
2
270,9910
0,0417
3,3836
2,0451
6,1352
3,00
1,00
0,50
2
5
340,0629
0,0417
4,2460
2,0451
6,1352
3,00
1,00
0,50
3
10
385,7878
0,0417
4,8169
2,0451
6,1352
3,00
1,00
0,50
4
20
429,0811
0,0417
5,3574
2,0451
6,1352
3,00
1,00
0,50
5
25
443,5792
0,0417
5,5385
2,0451
6,1352
3,00
1,00
0,50
6
50
486,4459
0,0417
6,0737
2,0451
6,1352
3,00
1,00
0,50
Sumber: Hasil Analisis

7.5       Rekomendasi
Dari hasil analisis data hidrologi diatas, dapat disimpulkan bahwa di kota Sorong curah hujannya cukup merata sepanjang tahun. Tidak terdapat bulan tanpa hujan, banyaknya hari hujan setiap bulan antara 9 - 27 hari. Dari perhitungan diperoleh curah hujan harian maksimumnya adalah, untuk Q2th = 270,9910 mm, Q5th = 340,0629 mm, Q10th = 385,7878 mm, Q20th = 429,0811 mm,  Q25th = 443,5792 mm, Q50th = 486,4459 mm. Dari hasil tersebut maka didapat beberapa rekomendasi untuk kelayakan proyek reklamasi pantai Lido, antara lain adalah sebagai berikut :
1)      Saluran drainase yang sudah ada (lama), harus tetap dipertahankan dan diteruskan menuju laut.
2)      Saluran drainase yang baru harus direncanakan sesuai hasil analisis data hidrologi dan hanya untuk melayani daerah reklamasi pantai.
3)      Untuk menjaga kelestarian hidrologis maka perlu adanya ruang terbuka hijau.
Apabila rekomendasi telah dilaksanakan, maka proyek reklamasi pantai Lido layak untuk dilaksanakan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar